“TUGAS INDIVIDU”
MENULIS
“CATATAN KAKI”
DISUSUN OLEH
ANNISA PARAMITA
NPM : 106211993
DOSEN PENGAMPU
Drs. JAMILIN, T., M.Ed
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah
1.1.1. Latar Belakang
Menulis adalah keterampilan berbahasa yang harus dipahami oleh mahasiswa khususnya mahasiswa Program Studi Bahasa Indonesia. Selain, keterampilan berbicara, memebaca, dan menyimak.
Penulisan karya ilmiah, makalah, serta skripsi tentunya menggunakan catatan kaki. Catatan kaki adalah keterangan keterangan tentang teks yang dikutip oleh penulis dan ditempatkan di kaki karangan, agar sipembaca dapat memahami atria tau maksud kutipan tersebut.
Penulis merasa perlu membahas tentang catatan kaki, mengingat pentingnya catatan kaki di dalam sebuah tulisan. Selain itu, penulis merasa masih banyak mahasiswa-mahasiswa yang belum mengerti dan memahami tentang catatan kaki ini.
1.1.2. Batasan Masalah
1.1.2.1. Tujuan penggunaan catatan kaki;
1.1.2.2. Jenis-jenis catatan kaki;
1.1.2.3. Cara membuat catatan kaki;
1.1.2.4. Singkatan-singkatan pada catatan kaki.
1.2. Tujuan Penulisan
Penulis memilih judul “Catatan Kaki” bertujuan sebagi berikut:
1.2.1. Agar pembaca memahami apa tujuan menggunakan catatan kaki;
1.2.2. Agar pembaca memahami jenis-jenis catatan kaki;
1.2.3. Agar dapat memahami bagaimana cara membuat catatan kaki;
1.2.4. Agar dapat memahami mengenai singkatan-singkatan yang ada pada catatan kaki.
1.3. Ruang Lingkup
catatan kaki mempunyai ruang lingkup pada bagaian-bagaian tertentu dalam sebuah karya ilmiah atau karya yang menyediakan referensi untuk melihat atau memeriksa uraian-uraian pada halaman atau bab lain sebelumnya. Selain itu, catatan kaki juga merupakan penunjukkan kepada Apendiks atau Lampiran.
1.4. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan penulis pada karya ilmiah ini adalah tori atau pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Gorys Keraf. Penulisan catatan kaki dan ruang lingkupnya tidak terlepas dari teori yang digunakan oleh Keraf (1994: 193), yang mengemukakan bahwa “catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Bila keterangan semacam itu ditempatkan pada akhir bab atau akhir karangan, maka catatan atau keterangan semacam itu disebut saja karangan”
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Catatan Kaki
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Semua kutipan, baik kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung, harus dijelaskan mengenai sumber asalnya dalam sebuah catatan kaki, kalau memang cara ini yang dipergunakan. Catatan kaki juga dipakai untuk member keterangan-keterangan lainnya terhadap teks.
Hubungan antara catatan kaki dan teks sangat erat yang biasanya dinyatakan degan nomor penunjukan yang sama, baik yang terdapat dalam teks maupun yang terdapat dalam catatan kaki itu sendiri. Selain, mempergunakan nomor-nomor penunjukan, hubungan itu kadang-kadang dinyatakan pula dengan mempergunakan tanda asterik atau tanda bintang [*], dan kadang-kadang dengan mempergunakan tanda salib [†] pada halaman yang bersangkutan. Bila pada halaman yang sama terdapat dua catatan atau lebih, maka dipergunakan satu tanda asterik atau salib untuk catatan yang pertama, dan dua tanda untuk catatan yang kedua, dan seterusnya.
2.2. Tujuan Penggunaan Catatan Kaki
Pada dasarnya penggunaan catatan kaki bertujuan sebagai berikut:
a. Untuk menyusun pembuktian
Semua dalil atau pernyataan yang penting, yang bukan merupakan pengetahuan umum harus didukung oleh pembuktian-pembuktian. Khususnya dalam hal ini, kita menunjukkan kembali kebenaran-kebenaran yang pernah dicapai oleh seseorang pengarang lain dalam bukunya atau tulisan-tulisannya. Sebab itu referensi atau penunjukan dalam catatan kaki itu dimaksudkan untuk menunjukkan tempat atau sumber dimana suatu kebenaran telah dibuktikan oleh orang lain.
b. Menyatakan utang budi
Sebuah catatan kaki wajib dibuat untuk setiap dalil, pendapat atau pernyataan yang penting, atau bagi setiap kesimpulan yang dipinjam dari pengarang lain, baik pinjaman berupa kutipan langsung ataupun berupa kutipan tidak langsung. Menuliskan nama pengarang yang dikutip pendapatnya itu, berarti kita telah menyatakan utang budi kepadanya.
c. Menyampaikan keterangan tambahan
Catatan kaki digunakan untuk menyampaikan keterangan tambahan untuk memperkuat uraian di luar persoalan yang ada di dalam teks. Keterangan-keterangan tambahan yang dipergunakan untuk memperkuat teks karangan, berbentuk sebagai berikut:
(1) menyampaikan inti sari sebuah faragmen yang dipinjam;
(2) menyampaikan uraian teknis, keterangan incidental, atau materi yang memperjelas teks, atau informasi tambahan terhadap topik yang disebut dalam teks;
(3) menyampaikan materi-materi penjelas yang kurang penting, seperti perbaikan, atau pandangan-pandangan lain yang bertentangan.
d. Merujuk bagian lain dari teks
Catatan kaki digunakan untuk menyediakan referensi kepada baigian-baigan lain dari tulisan itu. Misalnya, penulis memberi catatan untuk melihat atau memeriksa uraian pada halaman atau bab lain sebelumnya, atau halaman-halaman atau bab lain yang akan diuraikan kemudian. Begitu pula penunjukan kepada Apendiks atau Lampiran harus melalui catatan kaki. Untuk maksud ini sering dijumpai singkatan-singkatan seperti: cf. atau conf. yang berarti bandingkan dengan, ut supra yang berarti seperti di atas, infra yang berarti di bawah, dsb.
2.3. Prinsip Membuat Catatan Kaki
Untuk membuat sebuah catatan kaki, perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut:
a. Hubungan catatan kaki dan teks
Hubungan antara keterangan pada catatan kaki dengan teks dinyatakan dengan mempergunakan nomor urut penunjukan baik yang terdapat dalam teks maupun yang terdapat pada catatan kaki. Nomor penunjukan dalam teks nomor penunjukan pada catatan kaki selalu ditempatkan agak ke atas setengah sepasi dari teks.
b. Nomor urut penunjukan
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menuliskan nomor urut penunjukan. Pemakaian nomor urut yang berlaku untuk setiap bab atau seluruh karangan, masing-masing mempunyai konsekuensi sendiri-sendiri. Konsekuensi itu sebagai berikut:
(1) nomor urut untuk setiap bab selalu dimulai dengan nomor 1 untuk catatan pertama, yang kemudian dilanjutkan dengan nomor urut berikutnya sampai akhir bab;
(2) nama pengarang dan sumber yang pertama kali disebut dalam satu bab, harus disebut secara lengkap. Penunjukan berikutnya atas sumber yang sama dalam bab tersebut akan menggunakan singkatan Ibid., atau nama singkatan pengarang dengan singkatan Op.cit., atau loc. cit.
c. teknik pembuatan catatan kaki
Persyaratan teknik pembuatan catatan kaki adalah sebagai berikut:
(1) harus disediakan ruang atau tempat secukupnya pada kaki halaman tersebut sehingga margin bawah tidak boleh lebih sempit dari 3 cm sesudah baris terakhit catatan kaki;
(2)
sesudah baris terahkir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis, melalui dari margian kiri sepanjang 15 ketikan dengan huruf pika, atau 18 ketikan dengan huruf elite [ ];

(3) dalam jarak dua sepasi dari garis tadi, dalam jarak 5-7 ketikan dari margim kiri diketik nomor penunjukan;
(4) langsung sesudah nomor penunjukan, setengah sepasinke bawah mulai diketik baris pertama dari catatan kaki;
(5) jarak antara baris dalam catatan kaki adalah sepasi rapat, sedangkan jarak antara catatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) adalah satu sepasi;
(6) baris kedua setiap catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.
2.4. Jenis Catatan Kaki
Catatan kaki terbagi dua yaitu, pertama, angka penunjukan yang ditempatkan agak keatas setengah sepasi. Kedua, isi dari catatan kaki itu. Jenis catatan kaki terbagi tiga macam, yaitu:
a. Penunjukan sumber (referensi)
Catatan kaki yang menunjukkan sumber tempat kutipan diambil disebut referensi. Referensi harus dibuat oleh penulis apabila:
(1) mempergunakan sebuah kutipan langsung;
(2) mempergunakan sebuah kutipan tidak langsung;
(3) menjelaskan dengan kata-kata sendiri apa yang telah dibaca;
(4) meminjam sebuah table, peta atau diagram dari sebuah sumber;
(5) meyusun sebuah diagram berdasarka data-data yang diperoleh dari suatu sumber, atau beberapa sumber tertentu;
(6) menyakinkan sebuah evidensi khusus, yang tidak dianggap sebagai pengetahuan umum;
(7) menunjuk kembali kepada bagian lain dari karangan itu.
b. Catatan penjelas
Catatan kaki yang dibuat dengan tujuan untuk membatasi suatu pengertian atau menerangkan dan memberi komentar terhadap suatu pernyataan atau pendapat yang dimuat dalam teks, catatan ini disebut catatan penjelas. Catatan penjelas berfungsi memberikan penjelasan tambahan.
c. Gabungan sumber dan penjelas
Gabungan sumber dan penjelas adalah gabungan dari catatan kaki yang menunjuk sumber tempat diperolehnya bahan-bahan yang ada di dalam teks, dan catatan kaki yang member komentar atau penjelasan seperlunya tentang pendapat atau pernyataan yang dikutip tersebut.
2.5. Unsur-unsur Referensi
Unsur-unsur referensi di dalam catatan kaki adalah sebagai berikut:
a. Pengarang
(1) Nama pengarang dalam catatan kaki dicantumkan sesuai dengan urutan nama biasa yaitu: gelar (kalau ada), nama kecil, nama keliarga. Misalnya Prof. Dr. Muhammad Thalib, Dr. B. C. Hansip, dsb. Pada penunjukan yang kedua dan selanjutnya cukup dipergunakan nama singkat misalnya: Thalib, Hansip, dsb.
(2) Terdapat dua atau tiga pengarang maka, nama pengarang tersebut dicantumkan semua. Namun, apabila terdapat empat nama pengarang atau lebih maka, nama pengarang pertama saja yang dicantumkan nama-nama pengarang lainnya digantikan dengan singkatan et al (et alii = dan lain-lain). Penunjukan selanjutnya hanya nama pengarang pertama saja yang disebutkan, nama pengarang lainnya diganti dengan et al.
(3) Penunjukan kepada sebuah kumpulan (bunga rampai, antologi), sama dengan nomor (1) dan (2) ditambah singkatan ed. (editor) dibelakang nama penyunting atau penyunting terakhir, dipisahkan oleh tanda koma. Singkatan ed. Boleh ditempatkan dalam tanda kurung, boleh juga tidak.
(4) Jika tidak ada nama pengarang atau editor, maka catatan kaki di mulai dengan judul buku atau judul artikel.
b. Judul
(1) Pada judul mengikuti aturan-atuyan, yaitu: judul buku, judul majalah, harian atau ensiklopedia digarisbawahi atau dicetak dengan huruf miring; judul artikel ditempatkan dalam tanda kutip.
(2) Sesudah catatan kaki pertama, maka pada penyebutan kedua dan seterusnya atas sumber yang sama, judul buku dan sebagainya tidak perlu disebutkan lagi, dan digantikan dengan singkatan: Ibid., Op cit., atau Loc. citnbila ada karya atau lebih dari seorang pengarang, maka satu bentuk yang singkat dari judul ysng digunakan untuk menghilangkan keragu-raguan. Misyalnya: Thalib, Kemakmuran, hal. 76.
(3) Sesudah penunjukan pertama kepada sebuah artikel dalam majalah atau harian, maka selanjutnya cukup dipergunakan judul majalah atau harian tanpa judul artikel, misalnya: Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, hal. 76; Kompas, hal. 6.
c. Data publikasi
(1) Tempat dan tahun penerbitan sebuah buku dicantumkan pada referensi pertama; referensi-referensi selanjutnya (dalam kesatuan nomor urut itu) ditiadakan. Referensi yang pertama, tempat dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan tanda koma, misalnya: (Jakarta, 1973). Nama penerbit biasanya tidak dicantumkan. Apabila nama penerbit harus dicantumkan juga, maka harus ditempatkan sesudah nama tempat dan didahului dengan tanda titik dua, misalnya: (Jakarta: Djambatan, 1967).
(2) Data publikasi bagi sebuah majalah, tidak perlu dimuat nama tempat dan penerbit, tetapi harus mencantumkan nomor jilid dan nomor halaman (lihat juga ketentuan mengenai jilid dan halaman), tanggal, bulan (tidak boleh disingkat) dan tahun. Semua ketentuan tersebut ditempatkan dalam tanda kurung, misalnya: (April, 1970).
(3) Data publikasi artikel harian terdiri dari: bulan, hari, tanggal, tahun, dan nomor halaman. Penanggalan tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung.
d. Jilid dan nomor halaman
(1) Buku yang terdiri dari satu julid, maka singkatan halaman (hal.) dipakai untuk menunjukkan nomor halaman, misalnya : hal. 78.
(2) Buku yang terdiri dari beberapa jilid, maka harus dicantumkan nomor jilid dan nomor halaman. Untuk nomor jilid dipergunakan angka romawi, sedangkan untuk nomor halaman dipergunakan angka Arab, tanda singkatan hal. untuk karya-karya ilmiah biasanya dipergunakan cara lain, yaitu baik nomor jilid maupun nomor halaman ditulis dengan angka Arab yang dipisahkan oleh tanda titik dua. Misalnya: MISI, 1 (April, 1963) hal. 47-58 atau: MISI, 1: 47-58 (April, 1963)
2.6. Cara Membuat Catatan Kaki
Pembuatan catatan kaki tergantung kepada jenis referensi yang digunakan, dibawah ini akan dijelaskan cara-cara membuat catatan kaki dengan jenis refensi yang berbeda-beda.
a. Referensi kepada buku dengan seorang pengarang
……………………………………………………………………………………………………..
kekerabatan umat manusia di seluruh dunia menyebabkan bahwa di dalam menganalisa suatu sisitem kekerabatan di dalam suatu masyarakat itu, mereka memandang akan istilah-istilah itu sebagai proses-proses hubungan kemasyarakatan. 12 Demikian system-sistem kekerabatan itu…
…………………………………………………………………………………………………..[1]
![]() |
12 F. Graebner, Etnologie in die Kultur der Gegenwart (Leipzig, 1923), hal. 544.
Perhatikan:
(1) nama pengarang ditulis lengkap, tidak dibalik (karena referensi yang pertama kali);
(2) antara nama pengarang dan judul buku dipergunakan tanda koma. Antara judul buku dan data publikasi tidak ada titik atau koma;
(3) tempat dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung; Penerbit tidak perlu diikut-sertakan.
b. Referensi kepada buku dengan dua atau tiga pengarang
…………………………………………………………………………………………………….
dan menganalisa riwajat-riwayat hidup dari beberapa individu yang dipilih dari semua penduduk desa Atimelang di Alor itu 5 dan dengan metode-metode penguji isi jiwa atau projective tests method. Hasil….
…………………………………………………………………………………………………….[2]
![]() |
5 L. Gottschalk, C. Kluckhohn, R. Angell, The Use of Personal do coments in History, Anthropology and Sociology (New York: Social Science Research Council, 1945), hal. 82-173.
Perhatikan:
Nama penerbitan dicantumkan, sebab itu antara nama tempat dan penerbitan diberi titik dua. Yang lain-lain seperti pada nomor a.
c. Referensi kepada buku dengan banyak pengarang
mulai dari poin ini hingga seterusnya tidak dicantumkan lagi kutipannya melainkan langsung kepada contoh catatan kakinya saja.
7Alton C. Morris, et al., College English, the first year (New York, 1964), hal 51-56.
Perhatikan:
(1) hanya nama pengarang pertama yang disebut, nama-nama lainnya diganti dengan singkatan et al.;
(2) antara nama pengarang dan singkatan et al., serta antara singkatanet al. dan judul buku dipisahkan dengan tanda koma.
d. Kalau edisi berikutnya mengalami perubahan
8 H. A. Gleason, An Introduction to Descriptive Linguistics (rev. ed.; New York, 1961, hal. 56.
Pehatikan:
(1) keterangan tentang cetak-ulang atau edisi yang diperbaharui diletakkan dalam kurung sebelum tempat terbit;
(2) antara tempat terbit dan keterangan tentang cetak-ulang atau edisi yang diperbaharui diberi tanda pemisah berupa titik koma.
e. Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih
9 A. H. Lightstone, Concepts of Calculus (New York: Harper & Row, 1966), I, 75.
Perhatikan:
(1) keterangan tentang nomor jilid ditempatkan dalam tanda kurung sebelum tempat diterbitkannya buku tersebut, atau
(2) ditempatkan di luar tanda kurung sebelum nomor halaman;
(3) nomor jilid selalu dengan angka Romawi sedangkan nomor halaman dengan angka Arab.
f. Sebuah edisi dari karya seorang pengarang atau lebih
10 Lukman Ali, ed., Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjermin manusia Indonesia Baru (Djakarta, 1967), hal. 84-85.
atau
10 Harimurti Kridalaksana, “Pembentukan istilah Ilmiah dalam bahasa Indonesia.” Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai tjermin Manusia Indonesia Baru, ed. Lukman Ali (Djakarta, 1967), hal. 84-85.
(1) Bila yang lebih ditekankan adalah editornya, maka nama editor yang dicantumkan lebih dahuku; bila penulis artikel atau karya itu yang dipentingkan, maka nama pengarang itu didahulukan.
(2) Bila nama pengarang didahulukan maka harus disertakan judul artikel dan judul bukunya, baru menyusul singkatan ed. Dan nama editornya.
(3) Jika editornya lebih dari seorang, maka cahaya sama seperti nomor b dan c.
g. Sebuah terjemahan
11 Multatuli, max havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan dagang Belanda, terj. H. B. Jassin (Djakarta, 1972), hal. 50.
(1) Nama pengarang asli ditempatkan di depan;
(2) Keterangan tentang penterjemahan ditempatkan sebuah judul buku, dipisahkan oleh sebuah tanda koma.
h. Artikel dalam sebuah Antologi
12 david Riesman, “Toward Liberal Education, eds. Louis G. Locke, William M. Gibson, and George Arms (New York, 1962), hal. 572-573.
(1) Sama dengan nomor f, contoh yang kedua;
(2) Judul artikel dan judul buku harus dimasukkan; begitu pula nama penulis dan editornya harus dimasukkan.
i. Catatan penjelas
Catatan kaki dapat pula untuk member komentar atau menjelaskan sesuatu yang diuraikan dalam teks. Berikut ini adalah contoh catatn penjelas.
……………………………………………………………………………………………………………..
Adapun metode-metode yang dipakai oleh C. Bateson dan M. Mead untuk mengumpulkan bahan keterangan tentang modal personalitystructure orang Bali adalah metode menyelidiki cara-cara asuhan kanak-kanak di dalam masyarakat orang bali 2 Hasil fieldwork M. Mead dan G. Bateson menghasilkan juga beberapa karangan tentang tabiat orang Bali…..
……………………………………………………………………………………………………………….
![]() |
2 Metode tersebut terakhir ini, yang biasanya disebut Child training studies sebenarnya berdasarkan jalan pikiran pokok dalam ilmu psychoanalyse, ialah jalan pikiran bahwa tabiat seorang individu yang dewasa ini telah dibangun oleh bahan-bahan pengalaman yang diterima oleh si individu yang diterima oleh si individu dari sejak waktu ia masih kanak-kanak. Ilmu Anthropologi-budaya melanjutkan jalan pikiran ini dengan anggapan bahwa pengalaman yang diterima oleh anak-anak itu ditentukan oleh suasana dari lingkungan tempat kanak-kanak tadi tumbuh; sedangkan susunan lingkungan itu tentu mendapat pengaruh daripada masyarakat dan kebudayaan. Demikian apabila si penyelidik dapat mempelajari bagaimana susunan hidup daripada kanak-kanak dalam masyarakat, maka ia akan mendapatkan keterangan tentang tabiat umum daripada individu-individu dewasa di dalam masyarakat obyek penyelidik itu[3]
2.7. Singkatan-singkatan pada Catatan Kaki
Catatan kaki menggunakan singkatan-singkatan. Singkatan yang paling penting dan harus diketahui adalah ibid., Op. cit., dan loc. cit.
Ibid. : berasal dari kata Latin ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Dipergunakan untuk menunjukkan kepada karya atau artikel yang telah disebut pada catatan nomor sebelumnya apabila halaman sumbernya sama.
Op. Cit. : berasal dari kata Latin Opere Citato yang berarti pada karya yang telah dikutip. Dipergunakan untuk menunjukkan kembali pada sumber yang telah disebut lebih dahulu, tetapi diselingi oleh sumber lain. Dalam hal ini nama pengarang (nama keluarga atau nama singkat) dahulu, setelah itu baru diikuti singkatan op. cit. bila ada penunjukan kepada halaman atau jilid dan halaman, maka nomor dan jilid serta halaman ditempatkan sesudah singkatan op. cit.
Loc. Cit. : berasal dari kata Latin Loco Citato yang berarti pada tempat yang telah dikutip. Dipakai untuk menunjukkan kepada sebuah artikel majalah, harian atau ensiklopedi yang telah disebut sebelumnya, tetapi diselingi oleh sumber lain.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penulisan karya ilmiah, makalah dan skipsi sebaiknya selalu menggunakan catatan kaki. Agar pembaca dapat membuktikan tulisan yang dibuat, dan dapat memahami tulisan tersebut lebih dalam. Pembuatan catatan kaki juga sebagai wujud rasa terimakasih atau utang budi kepada pengarang lain yang karyanya dikutip oleh si penulis.
2. Saran
Penulis dalam membuat karya ilmiah ini memberikan saran kepada:
(1) Setiap mahasiswa yang akan membuat karya ilmiah dapat memperhatikan cara pembuatan catatan kaki;
(2) Setiap mahasiswa harus menambah wawasannya tentang catatan kaki;
(3) Fakultas keguruan umumnya, program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia khususnya dapat menyediakan buku-buku tentang catatan kaki.
Daftar Pustaka
Gorys Keraf, Prof. Dr. 1994. Komposisi: Sebuah Pengantar kemahiran Bahasa. Jakarta: Nusa Indah.
[1] R.M. Koentjaraningrat, Beberapa Metode Anthropologi (Jakarta, 1958), hal. 291.
Ejaan telah disesuaikan dengan EYD ( dikutip dari buku komposisi)
[2] Ibid., hal. 115 (dikutip dari buku Komposisi)
[3] Ibid., hal. 116 Ejaan telah disesuaikan dengan EYD (komposisi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar